Senin, 16 Juni 2014

Story : Cinta Setipis Kaca




Pernahkah mendengar cerita cinta yang berakhir dengan kebencian. Atau kisah dendam yang berakhir menjadi sebuah percintaan. Walau terasa sepertinya itu tak mungkin terjadi namun, inilah cinta.
Aku baru saja lulus dari SMA setelah bersusah payah mengerjakan segala ujian yang diberikan sekolah dan Negara. Kini aku sudah menjadi seorang mahasiswa disebuah universitas swasta. Walau berat meningalkan masa SMA tapi aku bahagia bisa membuat keluargaku bangga dengan kelulusan yang aku raih sekarang.
Saat di SMA aku memiliki seorang kekasih. Walau dia selalu membuatku kesal tapi aku begitu menyayanginya, dia adalah seseorang yang membuatku bahagia saat berada disisinya. Cinta. Begitu perasaan yang orang bilang sedang aku rasakan. Namun apakah kalian tau, dulu aku begitu membencinya lebih dari siapapun di sekolah kami.
Aku tak mengerti kenapa bisa begitu membencinya, bahkan mengapa aku begitu risih dan jengkel kala melihat dia melakukan suatu hal yang walaupun terlihat normal tapi bagiku selalu salah. Hingga karena begitu bencinya aku, sampai aku mengerjainya dengan teman-temanku.
Tapi semakin aku membencinya dan semakin aku mengerjainya, aku semakin tau ternyata penilaianku salah. Mendadak aku selalu membantunya dalam banyak hal dan segala yang dapat membuatnya senang. Hingga suatu hari aku membantunya mendapatkan pacar dari kelas sebelah. Namun karena ia terlambat katakana cintanya, dia ditolak.
Saat itu mendadak aku menyadari apa yang aku rasa. Suatu perasaan yang sama seperti saat aku membencinya, namun hal ini lebih kepada untuk membahagiakannya. Dan saat ia menyatakan cinta kepadaku. Akhirnya aku tau saat itulah kebencianku berubah jadi cinta. Cinta yang entah sejak kapan mulai ada dalam hatiku.
Kini masa itu telah berlalu, kini kami berjalan di jalan kami masing-masing untuk menempuh cita-cita yang kami inginkan bersama-sama. Benci yang kini menjadi cinta membuatku menyadari bahwa cinta dan kebencian itu sangat berdekatan.
Mungkin jika kebencian berubah menjadi cinta itu akan lebih bahagia seperti perjalanan cintaku dengannya. Namun, tidak bagi kisah sahabatku yang merubah cintanya menjadi kebencian dan dendam. Jane temanku, saat sama-sama di bangku SMA dia sudah memiliki kekasih hatinya Tom. Mereka adalah sepasang kekasih yang paling aku kagumi selama masa SMA kala itu.
Tom dan Jane selalu kelihatan serasi dan sangat bahagia. Tom adalah pria yang tampan dan Jane adalah gadis pintar yang cantik di sekolah kami. Hubungan mereka membuat setiap orang yang melihat akan merasa iri, begitu juga aku. Jane amat mencintai Tom hingga mereka jarang sekali terlibat dalam perkelahian.
Namun, saat menjelang kelulusan ternyata Tom memiliki wanita idaman lain dan hal itu amat sangat membuat Jane terpukul. Jane yang begitu mempercayai Tom kini amat kecewa dengan pengkhianatan yang Tom lakukan.
Hubungan mereka yang selalu jadi panutan pasangan lain disekitar mereka. Kini hancur berantakan hanya karena Tom yang tidak lagi mencintai Jane sepenuh hatinya. Jane yang tak terima mencoba mempertanyakan apa yang salah pada dirinya namun, segalanya hanya sia-sia. Saat itu cinta yang Jane banggakan dan Jane berikan dengan tulus berubah menjadi kebencian.
Kebencian karena pengkhianatan Tom yang ia cinta. Membuat Jane kini mendendam, bahkan mungkin untuk selamanya. Dan aku merasa semua itu pasti tak semudah yang dibayangkan orang. Karena aku menyaksikan sendiri kesakitan Jane yang ditinggalkan Tom begitu saja. Hingga tak aneh rasanya bila kini cinta itu berubah menjadi kebencian.

***

Cinta itu setipis kaca. Cinta dapat pecah seketika, berubah menjadi puing yang dapat membuat luka. entah bagaimana cinta harus dijaga. Namun, kini. Aku. Menyadari bahwa cinta adalah memberi bukan menerima. Bila kita memberi tanpa berharap balasan, cinta takkan berubah menjadi kebencian.
Kita hanya ingin memberi cinta, maka bila cinta tak terbalaskan, luka takkan tergoreskan. 

***

Itulah cinta yang kini aku jaga dan aku punya. Hingga suatu saat takdir yang akan berbicara tentang akhir kisah cintaku bersama dirinya. 

Created by. Dian Meilisa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar