Senin, 16 Juni 2014

Story : Cinta Sejumlah Sudut Lingkaran



Takkan bisa aku ungkiri kalau diriku adalah seorang yang mudah jatuh cinta, namun satu hal yang aku benci adalah bila mencintai aku takkan dapat melupakan orang yang aku cinta. Kini sifat yang aku miliki membuat hidupku dan perjalanan cintaku menjadi begitu rumit dan membuat segalanya semakin susah untuk di mengerti.
Kini aku sedang menjalin suatu hubungan dengan seorang bernama Jack Peterson. Pria bertubuh besar ini adalah pemilik saham terbesar dihatiku. Kami kini sedang mempersiapkan segala sesuatu untuk pernikahan kami yang hanya tinggal menghitung bulan. Namun, kami sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing sehingga waktu bertemu menjadi semakin berkurang.
Disuatu siang disebuah jalanan kota aku bertemu dengan seseorang yang dulu pernah menjadi bagian penting di hidupku, Mark Burke. Pria ini adalah ciuman pertamaku. Dan hingga kini masih menempati ruang kecil di hatiku. Dia menyapaku dengan senyum terindah, dan lambayan tangan serta langkah kaki yang membuat jantungku berdetak semakin kencang. Kami bertemu dan berbincang sebentar tentang 3tahun belakangan ini.
Dia sedang sibuk mengurusi beasiswanya ke paris dan aku yang kini sibuk mempersiapkan pernikanku dengan Jack. Saat sedang berbincang kami sepakat untuk pergi jalan-jalan akhir minggu ini. Aku pun menyetujui ide nya untuk pergi bersama, walaupun ada sedikit perasaan bersalah karena harus membohongi Jack.
***
Pergi bersama Mark ke taman kota. Hari itu cuaca begitu cerah, angin bertiup ringan membuat suasana semakin terlihat nyaman untuk kami berjalan-jalan mengitari taman kota yang penuh dengan orang-orang. Kami membicarakan banyak hal mengenai waktu yang kami lewati selama kami tidak bertemu. Pembicaraan itu terasa begitu singkat sampai tak terasa hari kian malam.
Seharian bersama Mark membuat aku teringan akan kenangan bersama nya dulu. namun kini hanya tinggal kenangan, walaupun kami tau kami masih saling merindukan masa itu namun, kami takkan bisa bersama. Aku telah memutuskan bersama Jack dan Mark kini telah menikah dengan wanita bernama Janet.
Setibanya dirumah aku pergi mengecek email yang baru masuk hari ini. Disana terdapat pesan dari panitia acara pernikahanku dan Jack, ada pula email dari Jack yang sekarang sedang berada di NY untuk urusan bisnis nya. Namun, yang tak bisa diduga ada pesan dari mantan pacarku Hansen.
Seorang ahli computer yang memiliki rumah dekat dengan rumah orangtua ku di jalan lavender. Dia adalah cinta pertamaku saat usiaku 7tahun. Cinta anak kecil yang biasa orang bilang cinta monyet. Walaupun akhirnya aku baru menjalin hungungan bersamanya saat duduk dibangku SMP.
Hans mengirimiku ucapan selamat menempuh hidup baru bersama Jack, dan memintaku memikirkan keputusan yang telah aku ambil bersama Jack. Dia masih saja meyakinkan aku untuk hidup bersamanya. Membuat aku merasa semakin bersalah padanya, karena selalu membuatnya sakit hati atas penolakan yang aku lakukan kepadanya setiap hari.
Ku balas pesan dari Hans dengan mengulang kata-kata yang selalu aku kirim kepadanya “Aku bahagia bersama Jack, trimakasih ucapannya”. Kemudian ku tutup email ku dan mematikan ckmputer dan bergegas menuju tempat tidurku yang nyaman.
Sebelum terlelap aku berfikir betapa sulitnya memutuskan menikah dengan seseorang. Begitu banyak cinta dimasa lalu yang masih belum bisa ku lupakan hadir kembali. Membuat keputusan ku menjadi tergoyahkan.
Kringg…kringgg….telepon disamping tempat tidurku berbunyi. “Hallo” sapa ku di telepon. “kamu belum tidur?” sapa seseorang disebrang telepon sana. “baru mau, kamu sendiri? Kapan pulang?” tanyaku padanya. “mungkin minggu depan, boleh aku bertanya seseuatu?” Tanya Jack padaku “iya boleh” jawabku. “Apa kamu tau seminggu ini aku bertemu banyak mantan pacarku dan orang yang pernah aku suka dulu? semuanya buat aku pusing dan buat aku tidak yakin akan keputusan kita untuk menikah. Aku mau tau apa kamu juga sama?” Tanya Jack yang membuatku ingin tertawa geli mendengarnya.
“ya Jack, itu juga yang ingin aku tanyakan padamu saat kau pulang nanti. Ternyata cobaan menikah itu begitu banyak ya? Dan memutuskan untuk menikah adalah hal yang sulit. Lalu bagaimana menurutmu?” tanyaku. Saat itu aku dan dia sama-sama tertawa geli mendengar pengakuan masing-masing “apa kau masih ingin melanjutkan pernikahan kita?” Tanya Jack dengan nada yang tiba-tiba serius “ya, tentu saja. Byrpun bnyak pria dimasalalu ku tapi aku lebih menyukai pria dimasa depanku, bagaimana denganmu?” jawab dan tanyaku. “yeah, tentu saja kita lanjutkan, kurasa kau tidak terlalu jelek untuk jadi istriku”jawabnya sambil meledek ku.
Sepanjang malam kami terus berbicara sambil tertawa geli tentang apa yang kami alami seminggu terakhir di masa persiapan pernikahan kami. Kurasa ini masih sebuah awal dari cobaan yang kami alami setelah menikah, dan kami fikir ini menarik. Dan hingga saat pernikahan kami nanti tiba kami sepakat keputusan ini takkan berubah.

by: dN Meilisa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar